Agung Wirapramana (Gung Pram), pengamat isu lingkungan dan 'Carbon Mapping' |
DENPASAR - Kejadian unik yang membuat Denpasar bisa kehilangan wajah indahnya, bagaimana tidak upaya jargon setiap kampanye adalah melestarikan lahan pertanian atau jalur hijau untuk paru-paru kota Denpasar dan penunjang pangan masyarakat kota, sepertinya cuma isapan jempol.
Menghubungi pengamat isu lingkungan dan 'Carbon Mapping' Agung Wirapramana (Gung Pram) menanyakan soal permasalahan tata ruang hijau yang terjadi di Denpasar. Ia mengatakan bahwa ada upaya memberikan peluang pada pembiaran atau kesan abai lingkungan hijau di Denpasar.
Ia yang juga sebagai kapasitasnya sebagai Managing Director tambang mineral di Indonesia Timur yang bergelut pada lingkungan hidup mengutarakan pandangannya.
" Sebetulnya permasalahan tata ruang dan wilayah harus memenuhi segala aturan yang berlaku, begitu pula dengan segala perubahan yang mengikutinya, " urainya dalam pembicaraan via telepon, Senin (06/03/2023).
Ditekankan pada tentang dampak lingkungan, pria asli Badung yang tentunya dekat dengan isu lingkungan ini menyatakan pandangannya bahwa perubahan yang terjadi begitu cepat.
" Sehingga aturan hukumnya seringkali dilangkahi, ada peran kelambatan proses dan abai dalam hal ini dengan tetap menghormati para pihak, " sambung pria yang juga concern dengan issue lingkungan, energi dan carbon credit ini.
Ia menekankan pada wilayah yang dicontohkan Renon, Sanur yang khusus adalah areal jalan Sedap Malam, Denpasar. Jalur hijau yang terbentang luas yang dilirik oleh para pengembang property menjadi bancaan mereka untuk meraup keuntungan tanpa memperdulikan estetika, keperuntukan subak yang masih hidup dan lahan hijau yang tidak boleh dibangun secara aturan sebagai penyangga pangan bahkan oksigen bagi masyarakat perkotaan.
"Jangan sampai pembiaran membuat kita lengah menjaga urat alam dan lingkungan yaitu air, coba perhatikan perubahan cepat yang terjadi di kawasan Renon, sanur atau yang paling saya perhatikan adalah di area sedap malam dimana subak yang ada di area tersebut adalah transisi menuju muara, perubahannya terjadi begitu cepat, peralihan fungsi lahan juga sangat cepat dan terkesan tidak terkendali, banyak bangunan baru dengan fungsi tertentu yang bermunculan, yang tentunya memerlukan penegasan dan ketegasa dari pemerintah atas perubahan fungsi lahan tersebut yang entahlah apakah sudah melalui kajian terhadap peruntukan barunya. Semua ada aturannya itu, " tegasnya.
Ia juga mengharapkan pemerintah dapat turun tangan memberikan penegasan, jangan sampai ada kesan abai dan lengah.
Perlu dipertimbangkan aspirasi masyarakat, jangan sampai nantinya pembiaran ini membuat peluang pelanggaran lebih besar lainnya.
Disamping itu, lingkungan harus dijaga seperti semangat Nangun Sat Kerthi Loka Bali. Menjaga sustainability adalah issue perlu kita perhatikan, Bali akan menjadi green destination
" Seimbanglah, perhatikan sekeliling dan pastikan semuanya seimbang. Jangan sampai ada perasaan sebagai masyarakat minoritas karena aspirasinya tidak didengar, " ungkapnya. (Ray)