Dr. Ir. Gede Sedana, M.Sc.,MMA, Rektor Universitas Dwijendra |
DENPASAR - Pemilihan Bali sebagai tempat pelaksanaan World Water Forum (WWF) ke-10 pada tahun 2024 nanti merupakan salah satu kebanggaan bagi Pemerintah, khususnya Pemerintah Provinsi Bali yang sekaligus akan dapat diperoleh berbagai manfaat bagi bangsa dan negara termasuk warga masyarakat Bali.
Air bagi masyarakat Hindu Bali menjadi bagian dari alam semesta yang memiliki nilai-nilai penting, seperti nilai religius, nilai sakral, nilai sosial, nilai budaya, nilai ekonomis dan lain sebagainya.
Penghargaan dan pengakuan terhadap air oleh masyarakat telah ditunjukkan sejak peradaban Bali mulai terbentuk hingga saat ini. Bahkan gaung dan gema memuliakan air semakin membumi dan memasyarakat guna menjaga kesucian, kemuliaan air bagi kehidupan masyarakat.
Ketersediaan air di alam semesta selalu diibaratkan dengan adanya air di dalam tubuh makhluk hidup, seperti manusia yang menjadikan air sebagai kebutuhan vital bagi kita bersama.
Air tidak saja dibutuhkan oleh makhluk hidup tetapi juga sangat dibutuhkan oleh alam lainnya, seperti tanah dan udara karena merupakan satu kesatuan dalam sistem di alam semesta.
Oleh karena itu, penyelenggaraan WWF ke 10 pada 2024 nanti harus dapat dijadikan momen oleh pemerintah dan masyarakat Bali secara khusus dan masyarakat Indonesia dan global secara umum untuk saling berbagi pengetahuan dan pengalaman yang berkenaan dengan pelestarian dan pemuliaan air.
Forum nanti juga sangat diharapkan menghasilkan kebijakan-kebijakan yang sifatnya komprehasif atau holistik yang melibatkan berbagai disiplin ilmu dan berbagai pemangku kepentingan.
Nilai-nilai local wisdom Bali agar bisa dijadikan acuan bagi negara-negara lain di dalam mengelola ekosistem yang di dalamnya terdapat aspek air.
Beberapa nilai local wisdom Bali adalah Tri Hita Karana yang selalu memberikan ruh dan nafas kita bersama untuk menjaga lingkungan melalui membangun hubungan yang harmonis, yaitu hubungan harmonis bersama Tuhan, hubungan harmonis demgan sesama manusia, dan hubungan harmonis dengan alamnya.
Nilai budaya lainnya yang dapat diangkat dan diterapkan oleh bangsa- bangsa di dunia adalah beberapa bagian dari sat kethi loka Bali, seperti danu kerthi, wana kerthi, dan segara kerthi.
Pengejawantahan nilia-nilai budaya yang merupakan konsep adi luhung Bali harus dirumuskan dalam tataran akademik, kebijakan dan program-program implementatif, misalnya dalam aspek konservasi sumber daya air, pendayagunaan sumber daya air, dan pengendalian daya rusak air.
Dengan demikian, pengajuan pelaksanaan World Water Forum (WWF) ke-10 tahun 2024 pada tanggal 18-24 Mei 2024 oleh Gubernur Bali akan sangat memiliki makna yang mulia karena bertepatan dengan hari baik menurut Kearifan Lokal Bali, yaitu Tumpek Uye.
Bali sebagai pulau yang relatif kecil harus mampu dikelola sumber daya airnya secara terintegrasi dari aspek geografis, lintas sektor, inter-disiplin, budaya, ekonomi dan lain sebagainya sehinga memberikan manfaat yang berkelanjutan bagi manusia dan lingkungan alam atau semesta di saat ini dan masa mendatang. (Tim)