GATRADEWATA NEWS ● BALI | Fakultas Pertanian dan Bisnis, Dwijendra University sebagai salah satu unit Yayasan Dwijendra telah melakukan terobosan sejak beberapa tahun yang lalu untuk mendukung program Gubernur Bali yaitu pengembangan pertanian perkotaan di atas Gedung yang dikenal dengan sebutan Roof Garden Dwijendra.
Penanaman tanaman di lantai 5 gedung Universitas dilakukan dengan pembuatan talang-talang bertingkat, hidoponik dan tabulampot dengan berbagai jenis tanaman, demikian disampaikan oleh Rektor Dwijendra University, Dr. Ir. Gede Sedana, M.Sc.MMA. di sela-sela panen sayuran Kamis sore, 2 Juni 2022.
Seperti diketahui bahwa beberapa misi pembangunan daerah Bali yang berkenaan dengan bidang prioritas pangan, sandang dan papan yang telah diprogramkan oleh Gubernur Bali.
Di antaranya adalah memastikan terpenuhinya kebutuhan pangan, sandang, dan papan dalam jumlah dan kualitas yang memadai bagi kehidupan Krama Bali; dan mewujudkan kemandirian pangan, meningkatkan nilai tambah dan daya saing pertanian, dan meningkatkan kesejahteraan petani.
Seiring dengan misi tersebut, maka salah satu upaya yang bisa dilakukan adalah penerapan urban farming atau pertanian perkotaan yang ditandai oleh terbatasnya lahan yang tersedia di kawasan perkotaan yang sekaligus turut menggeliatkan program ketahanan pangan mandiri, ungkap Gede Sedana yang didamping oleh Dekan fakultas Pertanian dan Bisnis, Dr. Ir. Ni Ketut Karyati, MP.
Ketahanan pangan yang digagas Bapak Gubernur dapat dilakukan dan dimulai dari skala yang paling kecil, misalnya tingkat rumah tangga termasuk gedung-gedung yang ada di perkotaan. Urban farming hakekatnya adalah upaya pemanfaatan ruang sempit atau terbatas untuk dapat menghasilkan produksi pertanian guna memenuhi kebutuhan pangan masyarakat, selain mencipatkan nuansa estetika di permukiman dan memberikan keasrian serta kenyamanan dalam situasi tingginya tingkat polusi udara perkotaan.
Gede Sedana menyebutkan bahwa urban farming juga secara langsung dapat memberikan tambahan pendapatan bagi petani melalui penerapan teknologi budidaya tertentu. Generasi muda dapat didorong untuk mengambil peran dalam kegiatan urban farming karena memiliki beberapa keunggulan dan sepertinya diminati oleh mereka.
Diantaranya adalah umur tanaman relatif pendek antara 3-4 minggu, produk yang dihasilkan sangat dibutuhkan sehari-sehari oleh masyarakat, produknya dalam bentuk segar dan lain sebagainya. Para mahasiswa Fakultas Pertanian, Dwijendra University sejak awal memulai perkuliahan telah diperkenalkan cara bertani urban farming yang terintegrasi, yaitu diawali dari penyediaan benih, bibit, berproduksi, panen, pengemasan dan pemasaran.
Ecyk Sari salah satu mahasiswa menunjukan antusias yang tinggi dalam menekuni urban farming yang dilakukan di lantai 5 gedung Dwijendra University. Bahkan Ecyk dengan bangganya mengungkapkan istilah yang sangat lekat dengan urban farming, yaitu grow what you eat and eat what you grow.
Oleh karena itu, Gede Sedana yang juga Ketua HKTI Provinsi Bali sangat meyakini program Gubernur yang terkait dengan bidang pangan, sandang dan papan akan dapat terwujdu dari level yang terkecil, yaitu rumah tangga hingga dalam skala yang lebih besar.
Tentunya terwujudnya keberhasilan program tersebut perlu dibarengi oleh peningkatan kualitas sumber daya manusia, khususnya generasi muda, dan penerapan terknologi serfta membangun hilirisasi pertanian. (Tim)
Seperti diketahui bahwa beberapa misi pembangunan daerah Bali yang berkenaan dengan bidang prioritas pangan, sandang dan papan yang telah diprogramkan oleh Gubernur Bali.
Di antaranya adalah memastikan terpenuhinya kebutuhan pangan, sandang, dan papan dalam jumlah dan kualitas yang memadai bagi kehidupan Krama Bali; dan mewujudkan kemandirian pangan, meningkatkan nilai tambah dan daya saing pertanian, dan meningkatkan kesejahteraan petani.
Seiring dengan misi tersebut, maka salah satu upaya yang bisa dilakukan adalah penerapan urban farming atau pertanian perkotaan yang ditandai oleh terbatasnya lahan yang tersedia di kawasan perkotaan yang sekaligus turut menggeliatkan program ketahanan pangan mandiri, ungkap Gede Sedana yang didamping oleh Dekan fakultas Pertanian dan Bisnis, Dr. Ir. Ni Ketut Karyati, MP.
Ketahanan pangan yang digagas Bapak Gubernur dapat dilakukan dan dimulai dari skala yang paling kecil, misalnya tingkat rumah tangga termasuk gedung-gedung yang ada di perkotaan. Urban farming hakekatnya adalah upaya pemanfaatan ruang sempit atau terbatas untuk dapat menghasilkan produksi pertanian guna memenuhi kebutuhan pangan masyarakat, selain mencipatkan nuansa estetika di permukiman dan memberikan keasrian serta kenyamanan dalam situasi tingginya tingkat polusi udara perkotaan.
Gede Sedana menyebutkan bahwa urban farming juga secara langsung dapat memberikan tambahan pendapatan bagi petani melalui penerapan teknologi budidaya tertentu. Generasi muda dapat didorong untuk mengambil peran dalam kegiatan urban farming karena memiliki beberapa keunggulan dan sepertinya diminati oleh mereka.
Diantaranya adalah umur tanaman relatif pendek antara 3-4 minggu, produk yang dihasilkan sangat dibutuhkan sehari-sehari oleh masyarakat, produknya dalam bentuk segar dan lain sebagainya. Para mahasiswa Fakultas Pertanian, Dwijendra University sejak awal memulai perkuliahan telah diperkenalkan cara bertani urban farming yang terintegrasi, yaitu diawali dari penyediaan benih, bibit, berproduksi, panen, pengemasan dan pemasaran.
Ecyk Sari salah satu mahasiswa menunjukan antusias yang tinggi dalam menekuni urban farming yang dilakukan di lantai 5 gedung Dwijendra University. Bahkan Ecyk dengan bangganya mengungkapkan istilah yang sangat lekat dengan urban farming, yaitu grow what you eat and eat what you grow.
Oleh karena itu, Gede Sedana yang juga Ketua HKTI Provinsi Bali sangat meyakini program Gubernur yang terkait dengan bidang pangan, sandang dan papan akan dapat terwujdu dari level yang terkecil, yaitu rumah tangga hingga dalam skala yang lebih besar.
Tentunya terwujudnya keberhasilan program tersebut perlu dibarengi oleh peningkatan kualitas sumber daya manusia, khususnya generasi muda, dan penerapan terknologi serfta membangun hilirisasi pertanian. (Tim)