Rabu, 09 Februari 2022

Calon Ketua KONI Harus Mampu Sinergikan Pariwisata

 

I Dewa Putu Susila, Pengurus KONI Bali bidang hubungan luar negeri dan sport tourism

GATRADEWATA NEWS | BALI | Ibarat mencari jarum dalam tumpukan jerami untuk mendapatkan seorang ketua KONI yang mumpuni. Bukan tidak ada tetapi awak media gatra dewata mencoba menelusuri jejak punggawa awal dari sport tourism, karena ini merupakan langkah nyata dalam mengambil posisi tawar kembali dalam pariwisata yang carut marut akibat pandemi covid-19.

Sekian banyak ketua KONI daerah mengatakan akan menguatkan olahraga berbasis wisata ini, diikuti oleh ketua masing-masing cabang olahraga yang juga memiliki keinginan yang sama dalam hal mengembalikan taksu Bali dalam bidang pariwisata.

Konseptualisasi wisata olahraga ini sudah pernah dipaparkan langsung didepan forum resmi DPRD Bali dalam Rancangan Peraturan Daerah (Raperda) 2018. Yang memiliki histori tonggak sejarah pertemuan Barcelona tahun 2001 antara Sekjen PBB Bidang Organisasi Pariwisata Dunia / United Nations of World Tourism Organization (UNWTO), Francesco
Frangialli (Perancis) dengan Presiden Komite Olimpiade Internasional (IOC), Juan Antonio Samaranch.

Mereka membuka komunikasi (Komunike) bersama dan menandatangani sebuah kesepakatan antara Pariwisata dan Olahraga. Kemudian UNWTO membuka UNWTO INTERNATIONAL CONFERENCE ON TOURISM AND SPORTS, diselenggarakan di DA NANG, VIET NAM (24/09/2016) lalu. Dalam laporan Technical Note dilaporkan bahwa EUROSPORT pada tahun 2020 dalam prediksinya wisata olahraga bernilai $US800bn (Rp.10.800 Triliun) yang nilainya lebih dari 10% penerimaan pariwisata dunia (prediksi wisatawan 1,4 Milyar wisatawan).

Tentu ini merupakan sebuah keuntungan ekonomi, yang dibeberapa wilayah dunia wisata olahraga seperti Australia
dan beberapa wilayah di New Zealand telah mencapai 55% dari hasil pariwisata secara keseluruhan.

Melihat paparan I Dewa Putu Susila selaku Pengurus KONI Bali bidang hubungan luar negeri dan sport tourism, pada waktu yang lalu memaparkan konseptualisasi wisata olahraga terdapat 3 konsep dimensional yang menyangkut olahraga dan wisata (DELPY, L. 1998), yakni,

1. Travel To Play Sport (berwisata untuk berlomba/ikut kompetisi)
2. Travel To Watch Sport (berwisata untuk menonton olahraga)
3. Travel To Sport Attractions (berwisata untuk melakukan atraksi olahraga).

Dalam pemaparannya tersebut memang sudah saatnya Bali bangkit dengan mendukung Sport Tourism, yang tentu keuntungannya secara umum dapat meliputi pengembangan infrastruktur baru yang mendukung olahraga, menciptakan pertumbuhan ekonomi sekitar serta menciptakan produk baru, destinasi baru yang tentu itu menghidupkan UMKM yang ada disekitarnya.

Serta menambah komunitas pendukung pada olahraga dan even olahraga, menarik pengunjung berpenghasilan tinggi (repeater - wisatawan langganan),
meningkatkan kemampuan pengorganisasian, pemasaran, dan kemampuan tawar menawar dalam tender komunitas.

Sudah saatnya kepemimpinan KONI pada generasi selanjutnya digantikan oleh orang yang memahami karakter pemasaran global, pemasaran tourism dan sinergitas terhadap kepentingan pariwisata Bali secara global.

Mengutip pernyataan Dewa Susila di Metro Bali 16 Juli 2019 bahwa, "Saya tidak bosan gaungkan bahwa Bali urgent butuh blue print atau master plan sport tourism. Harus ada pondasi yang kuat untuk menata kembali daya tarik wisata untuk menjaga kejayaan destinasi pariwisata Bali," ungkap Dewa Susila yang juga Ketua Kesatuan Pelaut Indonesia (KPI) Cabang Bali.

Serta pemetaan terhadap potensi-potensi sport tourism di Bali baik yang sudah berjalan atau yang akan menjadi trend di masa depan.
(Ray)

Lecehkan Media Grassroot, Wilson Lalengke Laporkan Kapolres Pringsewu ke Divisi Propam Polri

  Jakarta – Kapolres Pringsewu, AKPB Yunus Saputra, kembali berulah. Setelah beberapa waktu lalu dia dikecam keras karena melarang kepala s...