Ida Bagus Kompyang Wiranata, direktur utama PD Pasar Kota Denpasar |
GATRADEWATA NEWS | DENPASAR | Pasar merupakan tempat bertemunya penjual dan pembeli seperti ajaran kita saat waktu di sekolah dasar. Tetapi dijaman modern serba canggih kadang pertemuan itu diwakilkan oleh peran digital, melalui perantara seperti ojek online. Ditemui di kantor Perusahaan Daerah (PD) Pasar Kota Denpasar, bersama Ida Bagus Kompyang Wiranata, direktur utama PD Pasar Kota Denpasar, awak media disambut ramah.
Dalam bincang ringan bersama Gus Kompyang menuturkan bahwa pedagang yang berjumlah 1.698 orang anggota yang tadinya didalam gedung, sudah kembali seluruhnya ke pasar Badung. Tetapi untuk pedagang yang awalnya di pelataran masih ditempatkan di pasar Cokro (bekas tiara grosir).
Ditanya soal pasar Cokro yang merupakan pasar sementara, hijrahan dari pasar Badung yang terbakar ini apakah akan tetap dijadikan pasar umum, " Kita hanya diberi mandat untuk pengelolaan lahan saja oleh Walikota, bukan penyertaan modal. Ini tergantung nanti pemerintah kota, "ungkapnya, Jumat (10/12/2021).
Ia juga memiliki pemikiran sebatas ide bahwa ada baiknya pasar Cokro digunakan untuk pasar tradisional seperti kuliner yang nantinya menggunakan tenda dan lapak yang seragam, bersih rapi dan berjarak, seperti di luar negeri. Atau tambahnya lagi di pelataran pasar Badung bisa digunakan akan dibentuk secara seragam, dari payung, meja, tempat jualan buah atau sayur.
"Kendala hujan dengan terpal-terpal yang digantung-gantung nanti tidak boleh lagi, menghilangkan kesan kumuh. Tapi itu semua menunggu kebijakan Walikota, "harapnya.
Dibawah PD Pasar Kota Denpasar ada 16 unit pasar dengan 13 tempat, yakni Pasar Badung, Pasar Kumbasari, Pasar Kereneng, Pasar Ketapian, Pasar suci, Pasar Sanglah, Pasar Gunung Agung, Pertokoan lokitasari, Pasar Cokro, Pasar Pidada, Pasar Batu Kandik, Pasar Anyar Sari dan lainnya.
Ia juga menjawab apa yang menjadi polemik lambatnya pembangunan dan pembenahan Pasar Kumbasari, wakil ketua DPRD Kota Denpasar Wandira menyoroti lemahnya pengawasan oleh komisi III DPRD Kota Denpasar terhadap pembangunan Pasar Kumbasari.
"Ini sebetulnya bukan wewenang kita, menurut saya penunjukan pembangunan itu oleh PU. Kalo saya melihat telatnya karena musim hujan, sisi pengerjaannya, "ujarnya ringan.
Ia juga memberikan informasi tentang apa yang akan ditargetkan oleh Walikota adalah dibukanya pasar kuliner di pelataran pasar kumbasari dan pasar Badung, yang dulunya diisi oleh pedagang ikan dan sayuran serta kebutuhan pokok, ini yang masih dicarikan solusinya apakah terus akan di basement yang tentu pengap (400_an pedagang). Target untuk pedagang ikan nantinya akan dibawa ke pasar bebas yang ada dibawah pasar Kumbasari.
Untuk lift dan eskalator yang tidak berfungsi baik, ia menuturkan masih menunggu kejelasan dari pengelola aset pasar Badung, apakah perusahaan umum daerah (Perumda) pasar bisa diajak kerjasama atau penyertaan modal. Ia menilai berdasarkan resiko harapannya adalah penyertaan modal, bagian hasil dan menanggung pemeliharaan bila dibuatkan kerjasama masih dirasa rumit.
"Kami belum punya kewenangan untuk memungut secara optimal, kerusakan-kerusakan yang kemarin terjadi kami benahi secara urgent (penting), minimal lift ada satulah yang hidup, eskalator juga jamnya kami atur agar kami tidak keteteran, "jelasnya.
Saat pasar kumbasari yang dominan pasar oleh-oleh nanti dibuka menurut hematnya mengapa tidak diterapkan sistem pembayaran satu pintu saja, yang arahnya kepada pasar modern untuk memudahkan promosi di para pelaku pariwisata.
"Kalo masih perorangan biasanya ada calo-calo yang ujung-ujungnya tamunya komplain, jadi wisatawan tidak dirugikan karena belanja tidak terlalu mahal, "pungkasnya. (Ray)