Kamis, 21 Oktober 2021

Pak Daut, berlogika majukan desa Beraban, lanjutkan 2 periode

 

I Ketut Sumitra (Pak Daut) dengan latar pertanian desa Beraban yang hanya tersisa ± 30%

GATRADEWATA NEWS | TABANAN | Masyarakat desa Beraban, kecamatan Kediri, Kabupaten Tabanan yang lagi bertarung untuk memilih perbekel desa Beraban, memiliki 3 calon perbekel yang dirasa sama kuatnya, yang akan berjuang mengambil hati masyarakat desa Beraban dalam pemilihan perbekel (pilkel) nanti. I Made Adhi Atmaja, incumbent I Wayan Sukariana dan I Putu Heri Susanta merupakan nama calon perbekel desa Beraban.



 

Ditemui salah satu warga masyarakat desa Beraban, I Ketut Sumitra alias pak Daut yang lagi bersantai menikmati kelenggangan desa Beraban menuturkan saat ditanyakan soal pilkel desa Beraban. Ia mengajak masyarakat berlogika, bahwa sebaiknya masyarakat desa Beraban memilih perbekel yang sudah mengkonsepkan program, pemahaman terhadap masyarakat sampai argumen tentang konsep yang telah dia buat.

"Masa jabatan perbekel itu 6 tahun, jadi periode pertama untuk melakukan program itu semua sudah habis masa jabatan itu. Makanya saya berpikir ini harus dilanjutkan untuk periode yang kedua, kalo tidak saya berpikiran yang negatif kepada dia karena telah lari dari tanggungjawab, syukurlah ia mau melanjutkan ke periode yang ke 2, "jelas Sumitra, Rabu, (20/10/2021), asal desa adat Beraban ini.

Wayan Adi dari desa adat Sanjuani, desa Beraban, Kecamatan Kediri, Tabanan

Lanjutkan untuk periode kedua itu tekannya, yang media mengartinya I Ketut Sumitra menginginkan I Wayan Sukariana tetap melanjutkan programnya sebagai bentuk implementasi konsep awal kepada masyarakat, agar tidak mubazir yang sudah diprogramkan sebelumnya.

"Bukan tentang masalah kepemimpinan 2021-2027, tetapi tentang pergerakan desa Beraban. 5 tahun belum cukup jadi guru dan 5 tahun belum layak jadi murid itu bahasanya, harus 2 periode baru bisa berbicara guru, 5 tahun belum dan masih berproses, "candanya.

Tidak cocok sikat, tidak cocok ganti yang dijelaskannya adalah bukan tradisi dari masyarakat Bali khususnya desa Beraban. Tradisi konvensional Bali itu adalah saling paras paron (diskusi / dialog) asah, asih, asuh, saling memahami. "Saya tidak ingin masyarakat Beraban memakai konsep itu (tidak cocok ganti - tidak cocok sikat), bahaya untuk kedepannya, " himbaunya.

Hal yang sama juga diungkapkan Wayan Adi dari desa adat Sanjuani bahwa bila memilih perbekel baru tentu akan menemukan permasalahan yang baru lagi. Yang dimaksudkan bahwa untuk kepentingan yang lebih luas bukan kepentingan pribadi sebagai Perbekel.

"Saya dukung untuk program-program lanjutan dari pemimpin desa Beraban, saya tak melihat individunya tapi kebaikan untuk desa Beraban sendiri, "pungkasnya, Rabu (20/10/2021). (Ray)

Lecehkan Media Grassroot, Wilson Lalengke Laporkan Kapolres Pringsewu ke Divisi Propam Polri

  Jakarta – Kapolres Pringsewu, AKPB Yunus Saputra, kembali berulah. Setelah beberapa waktu lalu dia dikecam keras karena melarang kepala s...