Kantha Adnyana (baju kuning), ditemani Istri dan keluarga disabilitas penerima bantuan |
GATRADEWATA NEWS | DENPASAR | Pandemi Covid-19 yang belum juga usai, membuat 1 keluarga yang tinggal di kost tengah kota Denpasar mengalami kesulitan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya, apalagi kedua orang suami (Yosept Harris Dakosta), Istri (Ketut Ayu Srinadi) ini penyandang disabilitas.
Dalam keterbatasan hidupnya inilah yang awalnya bekerja di pariwisata tidak lagi mampu memenuhi kebutuhan sehari-harinya. "Terima kasih kami ucapkan kepada bapak Kantha Adnyana dan ibu Ni Putu Suharningsih, atas bantuannya kepada kami, "ujar Srinadi polos, Minggu (26/09/2021), di rumah kost seputaran Denpasar.
Kamar kost yang diberikan cuma-cuma (gratis) oleh tuan rumah yang baik hati ini, membuat dirinya dapat sedikit bernafas lega. Pertemuan dirinya dengan Kantha Adnyana ini lantaran keinginannya berpindah agama seperti agamanya semula.
"Ya saya dibantu pak Kantha untuk upacara Sudi widaninya, saya dan suami ingin memeluk agama Hindu kembali. Karena saya ingin memahami ajaran leluhur lebih dalam, "ungkapnya penuh rasa syukur, yang mendapat anggukan setuju dari suami yosept Harris Dakosta asal Timor leste ini.
Begitu juga penuturan yang diungkapkan oleh Kantha Adnyana kepada awak media gatra dewata, "awalnya saya kenal mereka di yayasan (Yayasan Jaringan Hindu Nusantara), mereka ingin melakukan upacara sudi widani 1 tahun lalu. Baru kemarin lalu saya dapat inbox dari mereka untuk mohon bantuan sembako, "jelas Kantha Adnyana yang terlihat selalu gigih berjuang membela Hindu ini.
Ditemani sang Istri Ni Putu Suharningsih merancang datang kesini untuk memberikan sedikit bantuan agar mereka sekeluarga setidaknya dapat sedikit bernafas lega. "Saya tidak akan sampai disini, saya akan gerakan teman-teman juga untuk membantu mereka, "terang Kantha Adnyana yang yayasannya telah melakukan bantuan upacara Sudi Widani, lebih dari 400 orang.
Kepeduliannya terhadap Hindu memang tidak diragukan, selain hal itu beliau juga pernah menyelesaikan permasalahan di wilayah gunung kelud, dimana upacara yang akan dilaksanakan akan menelan biaya 95 juta rupiah, ia bantu jelaskan dan sederhanakan dan diselesaikan dengan angka 1 juta rupiah.
"Ya kita tidak bisa pungkiri, kalo Hindu itu mahal dalam upacaranya, akan banyak yang meninggalkan agama ini. Jadi permasalahannya adalah rasa ikhlas itu sendiri dalam mempersembahkan yadnya. Tri Hita Karana, bila hubungan sama Tuhan itu baik, sama alam baik tetapi sama manusia saling ribut karena sarana upacaranya, saya rasa itu juga tidak baik, "tutupnya. (Ray)