Sabtu, 24 April 2021

Pembangunan PKB, AA Gde Agung pentingnya menjaga titik wilayah kebudayaan Bali

 

Senator Bali, A.A. Gde Agung

GATRADEWATA NEWS | BADUNG | Pembangunan Pusat Kebudayaan Bali (PKB), bila dihitung akan menelan dana sebesar 2,5 Triliun melalui dana pinjaman Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN), yang beban pemeliharaannya yang tentu akan menggerus keuangan daerah sebagai biaya pemeliharaannya.

Gde Sumarjaya Linggih, Selaku wakil ketua Komisi VI DPR RI yang waktu lalu sempat memberikan pendapatnya tentang rencana pembangunan PKB di eks galian C Gunaksa Kabupaten Klungkung oleh Pemerintah Provinsi Bali, (30/03/2021). (Klik link berita)

Gde Sumarjaya Linggih (Demer) mengatakan bahwa dana tersebut sebaiknya digunakan untuk memperkuat pusat-pusat kebudayaan yang sudah ada di masing- masing wilayah di Bali, "misalnya: Desa Panglipuran, Desa Tenganan, Pura Besakih dan lain-lain, maka kebudayaan masyarakat Bali yang menjadi bagian dari keseharian hidup masyarakat Bali akan semakin baik. Dan ini tidak perlu menggerus anggaran daerah untuk biaya pemeliharaan sebagaimana halnya kita membuat bangunan fisik pusat kebudayaan, "tegasnya.

Upaya untuk menjadikan Bali sebagai Padma Bhuwana atau Pusat Peradaban Dunia yang sesuai dengan Visi Nangun Sat Kerthi Loka Bali melalui Pola Pembangunan semesta berencana menuju Bali Era Baru. Masukan Demer ini mendapatkan tanggapan yang serupa oleh Komite III DPD RI (Senator Bali), Anak Agung Gde Agung juga menyoroti soal pentingnya Kebudayaan sebagai landasan kesejahteraan bagi masyarakat Bali ini.

A.A. Gde Agung mengakui saat ditemui di kediamannya, bahwa penting untuk menjaga titik-titik wilayah budaya yang ada di Bali, "Dengan memperhatikan setiap wilayah yang memiliki potensi kesenian yang berbudaya, dari itu akan mampu merawat dan menjaga tetap hidupnya seni yang mewakili kebudayaan Bali tersebut, "tanggapnya, Kamis (22/04/2021).

Saat ditanya soal angka fantastis 2,5 Triliun beliau memotong bahwa, "Ini bukan masalah dana dulu, tetapi dalam pembangunan Pusat Kesenian Bali juga merupakan kepentingan yang sama, dalam level yang lebih tinggi dalam pementasannya. Jadi luwesnya adalah gedung ini bila jadi nanti akan mampu menampilkan kesenian dari wilayah-wilayah yang sudah terbina dengan baik, dari banjar sampai kabupaten di Bali. Kelak Gedung Pusat ini memiliki jaringan-jaringannya sendiri yang mampu kelak dipentaskan dalam kelas yang lebih dunia, "ujar Gde Agung yang sempat membawa Badung mencapai masa emasnya.

Taman Werdhi Budaya Art Centre Denpasar Bali yang kini sudah tidak layak lagi untuk pementasan skala besar, dari problem lahan parkir sampai tempat pementasan yang tidak cukup besar itu, saat ditanya bagaimana kalo Art Center diserahkan saja pada Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar, "Saya setuju, karena tempat itu dapat dipergunakan oleh ISI untuk latihan pementasan, bahkan pementasan sampai tempat promosi bagi talent-talent muda kedepannya. Bisa digunakan setiap hari nantinya, "pungkas Gde Agung. (Ray)

Lecehkan Media Grassroot, Wilson Lalengke Laporkan Kapolres Pringsewu ke Divisi Propam Polri

  Jakarta – Kapolres Pringsewu, AKPB Yunus Saputra, kembali berulah. Setelah beberapa waktu lalu dia dikecam keras karena melarang kepala s...