GATRADEWATA NEWS | DENPASAR | Penutupan yang dilakukan oleh Prajuru Desa Adat Kesiman yang melibatkan pecalang desa adat setempat mendapatkan respon oleh Gede Ngurah Ambara Putra. Di tempat kediamannya ia berujar bahwa dirinya setuju-setuju aja mengenai pemberhentian kegiatan yang tidak sesuai dengan drestha Bali, namun sebaiknya menggunakan prosedur yang benar, "Saya melihat adanya keterkejutan di masyarakat, jadi bila kedepan ada yang seperti ini sebaiknya menggunakan prosedur yang benar, ada tahapan-tahapan yang harus dilalui, "terang Ambara.
Ia juga menerangkan bahwa hal seperti ini akan bisa membuat penilaian yang kurang baik bagi masyarakat bahkan dunia, karena sesuai pesannya bahwa kita ini adalah daerah pariwisata. "Ini dapat menimbulkan ketakutan di masyarakat apalagi Denpasar banyak penduduk urban. Kedepannya harus diadakan tindakan persuasif terlebih dahulu, yang sifatnya bersurat dan melalui tahapan inilah yang perlu disosialisasikan kepada masyarakat, "terang Ngurah Ambara.
Ngurah Ambara juga menginginkan jalan yang lebih bermartabat dan tidak mengedepankan kesan arogansi, sebagai masyarakat Bali yang menjunjung tinggi toleransi sebaiknya gunakan prosedur yang baik dan mengedepankan dialog dan musyawarah. "Dibicarakan bersama-sama agar sesuai dengan adat istiadat yang ada di wilayah sini, dan dapat dicarikan solusi yang terbaik, "jelasnya.
Masyarakat melihat seolah-olah pecalang sebagai pelaku utamanya yang melakukan penutupan Ashram Krisna Balaram, ini membuat citra yang kurang baik dan elok, " Masyarakat mengira bahwa pecalang yang melakukan hal itu, tetapi sesungguhnya bahwa mereka ada perangkat yang diatasnya Bendesa Adat, dan prajuru Adatnya. Dari prajuru Adat baru ke pecalang nah sebaiknya prajuru adat inilah yang melakukan upaya pendekatan istilahnya menyama brayanya yang dikedepankan, "ujar Ambara Putra.
Ia juga menambahkan bila surat teguran pertama telah disetujui akan membuat suasana tidak seperti saat ini apalagi sekarang sudah ada laporan hukumnya, " pecalang yang merupakan organ yang membantu desa adat, nah bila diutamakan komunikasi dan bila komunikasi sudah berjalan dan kondisi bisa kembali kondusif. Dengan itu Bali sebagai tujuan pariwisata bisa terjaga dengan baik, tidak mengedepankan ego semata, " pungkasnya. (Ray)