Webinar Cross Cultural Dialogue Series: Understanding Chinese Culture in Business |
GATRADEWATA NEWS | WEBINAR | Dialog komunikasi, ekonomi, dan perdagangan lintas budaya yang di utarakan oleh 2 narasumber Dahlan Iskan dan Yusuf Daud dalam webinar series pertama episode kedua yang diselenggarakan oleh MarkPlus, Inc bersama dengan China Indonesia Management Association (CIMA) dalam topik mengupas Rahasia Etos Kerja Masyarakat Tiongkok, sabtu (24/04/2021).
Webinar ini mengangkat sinergitas dalam berhubungan bisnis dengan orang Tiongkok, dengan menekankan tajuk Cross Cultural Dialogue Series: Understanding Chinese Culture in Business. CIMA mengundang Dahlan Iskan, Menteri BUMN 2011-2014 dan Yusuf Daud seorang Sufi Practitioner.
“Reformasi perekonomian Tiongkok yang dimulai pada tahun 1978, seolah-olah tanpa henti meninggalkan kisah-kisah keajaiban. Terbaru adalah data mengenai pertumbuhan ekonomi Tiongkok di kuartal pertama tahun 2021, atau setahun setelah dunia dilanda pandemi COVID-19, yang episentrumnya berasal dari kota Wuhan di Provinsi Hubei,” ujar H. Taufik, Deputy Chairman
MarkPlus, Inc. saat membuka acara webinar virtual ini Taufik melanjutkan, pertumbuhan ekonomi Tiongkok pada kuartal pertama tahun 2021 yang mencapai 18,3% merupakan hal yang luar biasa. Apalagi untuk sebuah negara dengan jumlah penduduk terbesar di dunia, masih bisa mencapai pertumbuhan ekonomi double digit sudah luar biasa. Lebih luar biasa lagi ketika angka double digit-nya adalah terbesar sejak tahun 1978. Saat ini, perusahaan-perusahaan Tiongkok telah berhasil melakukan inovasi dalam melahirkan produk yang inovatif dan berkualitas tinggi. Sejumlah merk milik perusahaan-perusahaan Tiongkok kini menjadi salah satu yang terbaik di dunia pada. Lalu, apa rahasia Tiongkok dalam mencapai kesuksesan tersebut?
“Tiongkok memiliki sejarah yang sangat panjang dalam bidang ekonomi. Kesuksesan masyarkaat Tiongkok dalam bidang ekonomi tentu dapat ditiru oleh para pengusaha Indonesia. Melalui webinar ini diharapkan dapat membagikan cara berpikir pengusaha Tiongkok agar karyawan dan partner di Indonesia dapat lebih mengerti rahasia kesuksesan masyarakat Tiongkok,” ujar Hermawan Kartajaya, Founder dan Chairman MarkPlus, Inc. sekaligus Co-Founder CIMA.
Hadir pula Arief Harsono, Chairman CIMA yang membagikan pemikirannya mengenai pertumbuhan ekonomi di Negeri Tirai Bambu tersebut. Ia mengatakan perkembangan ekonomi politik Tiongkok telah terlihat pada tahun 1978 setelah Revolusi Budaya.
“Ekonomi Tiongkok meningkat tajam di kancah internasional, diikuti dengan naiknya standar hidup rakyatnya. Bahkan negara ini terkenal inovasi produk teknologinya. Salah satu produk teknologi cina yg kontroversial adalah artificial intelligent atau kecerdasan buatan” kata Arief.
Salah satu faktor yang memperkuat ekonomi masyarakat Tiongkok adalah dengan memberikan kebebasan kepada para pemiliki perusahaan untuk menentukan level produksi. Hal ini menyebabkan perusahaan memiliki otonomi sendiri dalam menghasilkan profit.
Sementara itu menurut Dahlan Iskan kekuatan ekonomi Tiongkok tidak terlepas dari nilai-nilai budaya Konfusianisme dan Taoisme yang diterapkan oleh masyarkatnya, yaitu kerja keras, rajin, gigih, ulet, dan pantang menyerah. perdagangan lah yang awalnya menciptakan pertukaran budaya dan pertukaran agama, “Memiliki ketentraman, ketenangan, dan kestabilan negara dalam jangka panjang merupakan hal yang sangat penting di Tiongkok. Sikap adaptasi dan saling menghormati budaya sangat penting bagi mereka. Dan nantinya, hal ini berpengaruh untuk perkembangan ekonomi,” kata Dahlan.
Sedangkan Yusuf Daud, yang juga menjadi pembicara di webinar dalam rangka hari puasa, mengatakan, kebudayaan Tionghoa memiliki persamaan dengan ajaran agama Islam bahkan di Islam ada ajaran yang mengatakan “Tuntutlah ilmu walau ke negeri China, sesungguhnya menuntut ilmu adalah kewajiban atas setiap muslim.
“Ilmu yang dimaksud dalam ajaran tersebut ternyata mencakup tiga ajaran besar way of thinking orang Tiongkok, yaitu Taoisme, Konfusiusme, dan Buddhisme. Ajaran ini mengajarkan kesimbangan duniawi dan akhirat. Ajaran luhur Tiongkok juga mengajarkan untuk memperbaiki dunia menjadi lebih baik setelah memperbaiki negerinya,” kata Yusuf Daud.
Sebagai informasi, webinar Cross Cultural Dialogue Series yang diadakaan oleh CIMA merupakan wadah bagi para stakeholder untuk saling bertukar pikiran dan belajar dalam membangun pemahaman yang lebih baik diantara Indonesia dan Tiongkok. Sehingga, nantinya, kedua negara dapat memperkuat hubungan bilateral dan menjadi suatu partnership dalam membangun kemakmuran di Asia. (Tim)