Jumat, 23 April 2021

Desak(an) Materai 10 rb, Puput! tidak pakai akhiran an

 

Dewa Putu Sudarsana

GATRADEWATA NEWS | DENPASAR | Bincang-bincang ringan dengan Dewa Putu Sudarsana tidak ada habisnya dari ekonomi, politik sampai masalah religius. Pada kesempatan ini kita berbincang tentang kasus yang menggemparkan jagat Bali belakangan ini, Desak Made Darmawati ! Sebelum masuk topik yang panas, sepertinya Dewa Sudarsana ingin membuat teduh suasana. Dengan nada yang lebih pelan tidak seperti saat berbicara bisnis, ia menjelaskan bahwa filosofi nak Bali (orang Bali) itu sudah menjelaskan hal-hal sentimentil seperti itu.

"Pernah kita pahami soal mengapa leluhur kita menciptakan Pura besakih? Mereka ciptakan itu dari berbagai wangsa (garis keturunan) kanan dan kiri, walau perbedaan itu begitu banyak, kita semua sembahyang dialtar tengah yang sama bukan?, "jelasnya yang senang dengan olah raga golf ini.

Ia menceritakan juga soal Pura Negara Gambur Anglayang yang banyak memiliki pelinggih (tempat suci) seperti pelinggih Ratu Bagus Sundawan, kemudian pelinggih Ratu Bagus Melayu, juga pelinggih Ratu Ayu Syahbandar dan Ratu Manik Mas, selanjutnya pelinggih Ratu Pasek, Dewi Sri dan Ratu Gede Siwa yang mencerminkan unsur Hindu. Dan bangunan pelinggih yang paling unik diantara deretan bangunan di Pura Negara Gambur Anglayang adalah pelinggih yang bernama Ratu Gede Dalem Mekah. (Klik untuk detail)

"Begitulah leluhur kita mengadopsi kebhinekaan, perbedaan, keragaman dari mana-mana. Keharmonisan dahulu terhadap perbedaan itu ternyata nyata dan berjalan baik di wilayah kekuasaan raja Hindu jaman dulu, "jelasnya.

Bali, ceritanya lagi sudah terbiasa dengan memisahkan keluarga yang disebut manian untuk keharmonisan, dengan 2 dapur bagi 2 keluarga misalnya. "Coba kita tengok bungut paon, ada 3 satu ditengah dan kiop rirun (kanan kiri), api yang ditengah itu berbagi untuk kanan dan kirinya. Konsep inilah mewakili trihita karana (pengertian tiga penyebab kesejahteraan itu bersumber pada keharmonisan hubungan antara Manusia dengan Tuhan nya, Manusia dengan alam lingkungannya, dan Manusia dengan sesamanya). Filosofi inilah yang tengah mengayomi dan berbagi api (penerangan/pengetahuan) dengan kanan kiri secara harmonis. Tengah untuk menanak nasi, kiri untuk sayuran sedangkan kanan untuk maman kucit (makanan babi/peliharaan), yang artinya memiliki filosofi yang dalam untuk sebuah kerukunan dan pengayoman, binatang saja mendapatkan porsi api yang sama, " jelasnya panjang lebar.

Inti dari perbincangan itu adalah menyudahi dan memaafkan apa yang telah dilakukan oleh Desak Made Darmawati, "Kita memiliki hati yang besar, kita itu pemaaf dan cobalah pahami Desak Made Darmawati itu memiliki darah keturunan Bali, artinya kita menitipkan ia kepada saudara kita muslim, menitipkan istilahnya adalah itu masih milik kita. Jadi dengan berpikir begitu kita memiliki rasa yang lebih baik bahwa mungkin saja ia lagi cari muka di tempatnya yang baru. kita memiliki filosofi yang luhur dan mulia yang sebetulnya tidak akan cacat hanya dengan dijelekkan seperti itu, "harapnya.

Memang sebetulnya kita menjaga sesuatu yang luhur dan kompleks di Bali, ia tumbuh sebagai budaya yang memiliki tatanan harmonisasi yang sudah final dan tak tergoyahkan dengan noda-noda ketidakharmonisan, "puput (tutup) lah sampai disini, saya yakin bu Desak itu akan sadar dan memiliki pandangan ya baru mengenai harmonisasi berbangsa yang dia tidak akan pernah lupakan sepanjang hidupnya, itu sudah cukup, "jelas Sudarsana. (Ray)

Lecehkan Media Grassroot, Wilson Lalengke Laporkan Kapolres Pringsewu ke Divisi Propam Polri

  Jakarta – Kapolres Pringsewu, AKPB Yunus Saputra, kembali berulah. Setelah beberapa waktu lalu dia dikecam keras karena melarang kepala s...