Kera abu ekor panjang alas pala sangeh mati tertabrak truk yang melintas |
GATRADEWATA NEWS | BADUNG | Tempat wisata alas pala Sangeh yang terkenal dengan hutan homogen dengan luas kurang lebih 10 hektar ini, ditumbuhi oleh pohon pala dan disucikan oleh warga setempat. Pohon pala (Dipterocarpus trinervis) ini konon umurnya sudah ratusan tahun, hutan (alas) ini dihuni oleh ratusan ekor kera abu ekor panjang (Macaca fascicularis).
Ada kejadian yang tidak terduga saat awak media Gatra Dewata Group melintas di jalan raya Sangeh, ada seekor kera abu melintas keluar dari kawasan alas pala dan tertabrak truk yang melintas di jalan tersebut.
Apa yang dicari kera tersebut keluar dari alas pala? Kondisi yang menyebabkan matinya seketika kera tersebut mengundang kera lainnya datang mengamati kondisi kera yang tertabrak tadi dari pinggiran hutan pala.
Awak media hendak mendekat mengambil foto ternyata membuat kera yang lainnya bereaksi seolah-olah melindungi salah satu kawanannya yang tertabrak tadi.
Kawanan kera abu lindungi kera yang tertabrak kendaraan yang melintas |
Dihubungi melalui pesan elektronik Perbekel Desa Sangeh, Badung, Bali, I Made Werdiana menjawab, "Ya kalau masalah monyet keluar alas pala sudah biasa dan memang ada beberapa kali monyet sampai tertabrak mobil,
Kalau terkait konsekuensi bagi pengendara yg nabrak monyet secara keyakinan memang harus melaksanankan ritual peneduh atau sejenis ngaturin piuning ke pura, "ujarnya mengingatkan.
Ia juga menambahkan tentang konservasi satwa bagi pengendara yang menabrak belum ada konsekuensi yang bisa dilakukan, "mungkin karena satwa ini bukan termasuk satwa yang dilindungi, "tulisnya melalui pesan elektronik.
Hal serupa yang dinyatakan oleh I Made Budiasa yang dihubungi melalui pesan elektronik, apakah monyet-monyet itu dimasa pandemi ini tetap menjadi perhatian, terutama soal pakan, agar tidak sampai keluar dari wilayah alas pala? Ia menjawab, "pemberian pakan tetep masih diberikan setiap hari dari Desa Adat Sangeh melalui Pengelola, "jawabnya.
Dan masalah kera keluar dari wilayah konservasinya ia tidak menampik itu memang kerap terjadi, "Kera Abu tidak termasuk satwa yang dilindungi, tetapi kita melindungi secara religi (keyakinan) dan Kera di hutan Sangeh ini dikeramatkan oleh masyarakat setempat, "tutupnya sambil mengatakan bahwa dirinya sudah purna tugas dari BKSDA (Balai Konservasi Sumber Daya Alam).
Di alas pala Sangeh ini juga terdapat beberapa tempat suci yakni Pura Melanting, Pura Tirta, Pura Anyar dan Pura Bukit Sari. (Ray)