Di ruangan kantor DPD Provinsi Partai Golkar |
GATRADEWATA NEWS|DENPASAR| Ketua Gabungan Usaha Peternakan Babi Indonesia (GUPBI) Provinsi Bali, I Ketut Hari Suyasa mengadu kepada Dr. Nyoman Sugawa Korry pagi ini, di kantor DPD Provinsi Partai Golkar, Jumat siang (05/02/2021).
GUPBI merupakan organisasi bentukan pemerintah, yang mewadahi seluruh peternakan babi di indonesia, anggotanya saat ini kurang lebih 6000 orang anggota organisasi. Ketut Hari dalam pengakuannya bahwa dirinya mengkhawatirkan jumlah babi yang ada di Bali saat ini. Setelah adanya penyakit pada hewan ternak khususnya babi yang masuk Bali, populasi babi Bali hanya ada 10% saja. Saat normal sebelum terjadinya wabah terdampak di Bali populasi tercatat di Bali hampir 1 juta ekor, tetapi setelah wabah African Swine Fever (ASF) kita hanya menjadi tersisa 90 ribu hingga 100 ribu ekor.
Dirinya mengatakan bahwa 6 bulan yang lalu setelah wabah terdampak, "Saya mengecek peternak di wilayah kabuoaten badung hanya tersisa 6 ribuan sekian saja, daya beli bibit juga tidak ada, itu bisa di lihat langsung, walau harga daging babi naik tinggi, peternak babi belum juga sejahtera, " keluhnya. Ia juga menambahkan bahwa peternak dibawah asuhannya tidak dapat melakukan restocking atau menambah bibit babi karena kondisi harga yang tidak seimbang yang merugikan peternak babi tradisional.
Bila ditempat lain seperti jakarta harga babi dikisaran 60 ribu perkg di Bali di bawah 50 ribu perkg dalam kondisi hidup. Hari Suyasa mengatakan harga produksi pokok saat ini adalah 45 ribu perkg dan itu sangat fluktiatif. Disamping pemeliharaan yang mahal karena harga pakan, ia juga menjelaskan bahwa masuknya daging karkas dari daerah lain yaitu jawa tengah seperti keterangannya, hal itu dapat menyebabkan menularnya penyakit ASF atau demam babi afrika, walau ini tidak berbahaya bagi manusia tetapi dapat membunuh bahkan sampai 100 persen dari populasi babi.
Sugawa korry yang memiliki visi yang sama dalam penyelamatan babi Bali ini, iya ingin mendorong kedepannya pabrik pakan yang selama ini menerima keuntungan agar menyumbang sekali-sekali untuk membantu bibit pada para peternak babi. "Segera restocking dan dibantu pembibitan, karena ini merupakan hajat hidup orang banyak, tidak hanya masalah ekonomi saja tetapi babi merupakan bagian dari budaya Bali yang tidak dapat dipisahkan. Ini juga dapat menguatkan ketahanan pangan dan perputaran ekonomi yang baik pada saat pandemi seperti ini, "ujarnya.
Sugawa Korry mengharapkan bahwa babi sampah (istilah dari babi yang bawa penyakit) ini dapat ditanggulangi dengan cara pengetatan di pintu masuk Bali. Saat ini pemerintah menganggarkan 10 milyar untuk membantu para peternak babi, "Saya akan dorong lagi menjadi 20 milliar untuk pengadaan bantuan bibit, ini akan dilanjutkan dalam anggaran perubahan. Hal ini sangat penting karena perbabian tidak bisa lepas dari kehidupan masyarakat Bali, kita harus bantu ini, "tegasnya yang didampingi Sekretaris DPD Partai Golkar Bali Dr. Nengah Dauh Wijana dan Wakil Ketua Golkar Dr. Komang Suarsana saat menerima aspirasi Ketua Gabungan Usaha Peternakan Babi Indonesia (GUPBI) Provinsi Bali. (Ray)